KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen Risiko
Suku Bunga.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Manajemen Risiko Suku Bunga dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Manajemen Risiko Suku Bunga dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Semarang,
10 September 2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Makalah
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Defenisi risiko suku bunga
2.2 Risiko pada situasi suku bunga dan
saham
2.3. Suku bunga dan jangka waktu obligasi
2.4. Konsep manajemen risiko pada suku
bunga obligasi
2.5. Risiko pada Hubungan Obligasi dan Saham
2.6. Dampak perubahan suku bunga bagi
perusahaan
2.7. Risiko pada perubahan suku bunga dan permintaan uang
2.8. Risiko Carry Trade
2.9. Faktor yang menyebabkan perubahan pada suku bunga domestik
BAB III. PENUTUP
3.1Kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Risiko pada perubahan suku bunga memiliki pengaruh besar
bagi suatu perusahaan. Naik dan turunnya suku bunga secara tidak stabil
memiliki efek bagi setiap keputusan baik yang bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang. Oleh karena itu, penciptaan pada suatu kestabilan suku bunga
merupakan harapan dan dambaan bagi banyak pebisnis. Dalam bab ini kita akan
membahas tentang risiko suku bunga dan berbagai sebab yang bisa
melatarbelakanginya serta sejauh mana pengaruh tersebut timbul dalam bentuk
turut mempengaruhi bidang lainnya.
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa/i mampu
memahami dengan baik tentang :
1. Risiko suku bunga dari berbagai
perspetif
2. Hubungan risiko suku bunga dan
obligasi
3. Pengaruh suku bunga dengan kebijakan
penawaran uang
4. Berbagai bentuk pernyataan yang
diberikan serta mampu menyelesaikan kasus yang ada, hingga memberikan
solusinya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa defenisi risiko suku bunga ?
2. Jelaskan bagaimana risiko suku bunga
itu bisa terjadi!
3. Jelaskan bagaimana bentuk risiko
yang terjadi pada pemegang obligasi ?
4. Apa saja faktor yang menyebabkan
perubahaan pada suku bunga domestik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui defenisi risiko suku
bunga.
2. Mengetahui bagaimana risiko suku
bunga itu bisa terjadi.
3. Mengetahui bagaimana bentuk risiko
yang terjadi pada pemegang obligasi.
4. Mengetahui faktor yang menyebabkan
perubahaan pada suku bunga domestik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
risiko suku bunga
Risiko suku
bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi
di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan perusahaan. Adapun
pengertian risiko suku bunga menurut Mashud Ali adalah terjadi sebagai akibat
dari terdapatnya mismatched atas
maturities pada interest rate related
products di sisi aktiva dan passiva neraca bank.
2.2 Risiko
pada situasi suku bunga dan saham
Pada saat
seorang memutuskan untuk menempatkan dananya di bank dalam bentuk time deposit (deposito) maka artinya ia
sudah melihat sisi keuntungan dan kenyamanan, terutama jika ia membandingkan
berinvestasi di tempat lain seperti membeli saham. Kondisi pasar saham yang
berfluktuasi menyebabkan tingkat risiko memiliki posisi tersendiri, tingkat return yang diharapkan juga penuh dengan
kondisi yang berfluktuasi, dengan kata lain jika estimasi keuntungan yang
diharapkan tidak tercapai atau actual
returnnya adalah tidak diperoleh bahkan terlalu jauh maka kerugian
finansialah yang akan diperoleh.
Maka kita dapat
memberikan suatu garis penegasan dalam konteks manajemen risiko, yaitu :
a. Pada saat suku bunga mengalami
kenaikan dan harga saham di pasar (market
price) mengalami penurunan, maka investor akan cenderung memindahkan
dananya dari saham ke deposito (time
deposit).
b. Pada saat kondisi pasar saham
mengalami kenaikan atau bergairah maka investor cenderung akan memindahkan
dananya yang tersimpan di deposito (time
deposit) ke saham. Dengan alasan berinvestasi di saham adalah memiliki tingkat
keuntungan yang lebih tinggi.
c. Investor adalah mereka yang memiliki
karakteristik “penghindar risiko”, dan menyukai keuntungan yang suistainable (berkelanjutan).
2.3. Suku
bunga dan jangka waktu obligasi
Suku bunga dan jangka waktu obligasi memiliki
keterkaitan dalam mmberikan ketetapan. Untuk ini ada dua bentuk keputusan yang
biasa berlaku atau diterapkan oleh pemerintah dan perusahaan, yaitu obligasi
dengan jangka waktu pendek (short term)
dan obligasi dengan jangka waktu panjang (long
term). Dimana obligasi jangka waktu pendek memiliki suku bunga yang lebih
rendah dari pada obligasi yang jangka panjang, contohnya pada tanggal 26
februari 2009, misalnya pemerintah menerbitkan obligasi dengan tenor 5 dan 10
tahun. Untuk tenor 5 tahun telah diserap pasar senilai 1 milyar dollar AS
dengan yield (bunga) 10,5 persen.
Sedangkan untuk tenor 10 tahun diserap pasar 2 miliar dollar AS dengan yield
lebih tinggi 11,75 persen.
Untuk memahami
ini secara lebih dalam ada tiga alasan mengapa suku bunga obligasi dengan tenor
5 hingga 10 tahun berbeda suku bunganya, yaitu :
Pertama, obligasi adalah surat
utang. Dalam konsep utang semakin lama jangka waktunya semakin tinggi suku
bunga yang biasanya ditetapkan. Karena melihat pada nilai utang yang semakin
jauh waktunya maka semakin turun nilainya. Semakin lama investor menanamkan
uangnya dalam obligasi, semakin besar kerugian yang ditanggungnya dan semakin
besar pula penurunan dalam harga obligasi.
Kedua, konsep time line (garis waktu) yang
terus bergerak ke depan, yaitu melihat pada penggunaan uang semakin cepat
digunakan semakin baik, karena semakin cepat bisa diturnover-kan. Bisa cepat diturnover
secara otomatis risiko juga menjadi lebih tinggi, sedangkan investor adalah
mereka yang memiliki karakteristik penghindar risiko, dengan begitu rekomendasi
yang dibuat adalah sulit memperoleh keuntungan dalam jangka waktu yang singkat,
yaitu 5 tahun, maka investor guna menghindari kerugian atau memutuskan untuk
mendapatkan keuntungan dalam bentuk yield
yang hanya 10,5% saja.
Ketiga, konsep inflasi bahwa inflasi
itu sifatnya struktural dan terus naik dari waktu ke waktu, sementara inflasi
adalah menurunnya nilai uang dan naiknya harga barang, maka artinya nilai mata
uang semakin lama semakin terjadi penurunan.
2.4.
Konsep manajemen risiko pada suku bunga obligasi
Ada beberapa
alasan yang bisa kita pahami mengapa suku bunga obligasi memiliki angka suku
bunga yang berbeda pada masa kurun waktu 5 hingga 10 tahun, jika ini kita lihat
dari segi perspektif manajemen risiko, yaitu :
Pertama,
dengan kondisi suku bunga obligasi
yang cenderung stabil maka masyarakat akan merasa lebih nyaman serta lebih
menguntungkan dari pada menempatkan uang tersebut dipasar atau dengan asumsi
menginvestasikan uang tersebut ke pasar akan jauh memiliki tingkat risiko yang
tinggi.
Kedua,
jika seorang membeli obligasi dengan
masa tenor 10 (sepuluh) tahun dan suku bunga fixed yang di tetapkan adalah 11,75% maka artinya pemegang obligasi
tersebut adalah akan selalu menerima keuntungan secara stabil selama sepuluh
tahun sebesar angka tersebut. Disamping penerimaan dari keuntungan bunga
obligasi tersebut ia juga memiliki kesempatan untuk mengalokasikan dananya ke
tempat lain yang juga memiliki sisi profitable dan risiko yang rendah.
Ketiga, penjual obligasi dengan masa waktu 5
hingga 10 tahun dan jarak suku bunga yang juga tidak begitu tinggi ini akan
memberi kenyamanan dari segi mengelola dana dari hasil penjualan obligasi
sesuai dengan master plan yang dikonsepkan sejak awal tanpa harus terburu-buru
dan bekerja secara under pressure (dibawah
tekanan). Karena jika bekerja terlalu dibawah tekanan kadang kala dikhawatirkan
pekerjaan tersebut tidak akan terselesaikan secara maksimal, teliti, dan
akurat. Contohnya perusahaan pengeboran migas melakukan penjualan obligasi
sebesar Rp. 1 triliun dengan tenor 10 tahun dan suku bunga yang ditetapkan
adalah 11% (sebelas persen), maka sebagaimana kita ketahui secara konsep
manajemen risiko pada perusahaan migas memiliki beberapa sumber risiko pada
perusahaan migas memiliki beberapa sumber risiko yang terjadi secara umum
seperti :
a. Cadangan migas yang sewaktu-waktu bisa habis lebih cepat
dari yang diperkirakan karena faktor pergerakan kulit bumi atau bergesernya
kerak bumi, dan berbagai kejadian lainnya yang bersifat spesifik.
b. Kebocoran dan patahan pipa yang terjadi pada saat dilakukan
pengeboran atau pada saat sudah dilakukan pengeboran atau juga pada masa proses
produksi berlangsung baik disebabkan oleh human
error maupun karena mesin, ini seperti yang terjadi pada kasus lumpur panas
oleh PT.Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur. Dan itu mengharuskan
perusahaan mengeluarkan biaya besar untuk melakukan pergantian pada berbagai
kerusakan yang telah terjadi khususnya masyarakat sebagai bentuk risk cost perusahaan.
c. Naik turunnya harga migas dipasaran internasional secara
tidak stabil mampu memberi pengaruh pada pencatatan akuntansi perusahaan.
Keempat,
pemegang serta pembeli obligasi
umumnya adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dan menginginkan dana
tersebut diamankan ke tempat yang memiliki risiko yang seminimal mungkin, yang
salah satunya adalah membeli obligasi khususnya obligasi yang dijual oleh
pemerintah.
2.5.
Risiko pada Hubungan Obligasi dan Saham
Obligasi adalah
suatu surat berharga yang dijual kepada publik, dimana disana dicantumkan
beberapa ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat
suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang
menjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga terkait.
Obligasi yang
memiliki tingkat suku bunga tetap dan obligasi yang memiliki tingkat suku bunga
berubah berdasarkan keadaan pasar mampu memberi pengaruh khusus pada keputusan
yang dibuat oleh seorang investor. Adapun tindakan investor dalam kondisi
seperti itu adalah :
Pada saat seorang investor memegang
obligasi dengan suku bunga tetap dan pasar saham mengalami kenaikan atau
tingkat kegairahan pasar saham mengalami peningkatan maka investor cenderung
akan mengalihkan sejumlah dananya dari obligasi ke saham.
Contoh : suku bunga obligasi adalah
10,5% dengan masa tenor 5 (lima) tahun dan bersifat fixed (tetap), sedangkan pasar saham sedang mengalami kegairahan
dan diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan yang konstan dalam masa 3-5
tahun ini. Kondisi ini menyebabkan investor yang profitabel akan cenderung
untuk memilih membawa dana yang dimiliki untuk diletakkan di pasar saham.
Pada
saat obligasi mengikuti kondisi harga pasar, naik dan turunnya suku bunga yang
berlaku di pasaran mampu member arti bagi perolehan keuntungan yang didapat.
Ini sebagaimana dikatakan oleh Eduardus Tandelilin bahwa “…, jika suku bunga
yang berlaku meningkat maka harga obligasi juga akan turun, dan sebaliknya.
Logikanya adalah bahwa jika suku bunga meningkat, maka tingkat return yang disyaratkan investor atas
suatu obligasi juga akan meningkat”. Pemikiran yang dikemukakan oleh Eduardus
Tandelilin memiliki keterkaitan kuat dengan apa yang dikemukakan oleh Masyhud
Ali bahwa “… turunnya nilai pasar obligasi yang berbunga mengambang (floating interest rate bonds) dan naiknya
nilai pasar obligasi yang berbunga tetap (fixed
interest rate bonds). Hal ini berlaku jika terjadi penurunan tren tingkat
suku bunga bank”.
Memang
permasalahan yang utama pada obligasi yang bersifat floating interest rate bonds adalah mengikuti kondisi dan situasi
yang berlaku di pasar. Pasar dengan segala pergerakannya mampu memberi efek
pengaruh pada profit and loss (keuntungan
dan kerugian) yang akan ditimbulkannya, seperti pada perbankan mampu memberi
perubahan pada portofolio. Sehingga dalam konteks ini yang perlu kita pahami
bahwa perbankan merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam lingkungan
bisnis yang sophisticated dan untuk
menghindari agar posisi bank tetap memiliki likuiditas yang kuat salah satunya
dengan menerapkan manajemen hedging (lindung
nilai). Penetapan hedging mampu
memberi pengaruh pada penurunan risiko atau mengantisipasi risiko.
2.6.
Dampak perubahan suku bunga bagi perusahaan
Menurut Mamduh
M. Hanafi perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua
tipe risiko, yaitu :
a. Risiko perubahan pendapatan :
pendapatan bersih (hasil investasi dikurangi biaya) berubah yaitu berkurang
dari yang diharapkan).
b. Risiko perubahan nilai pasar berubah
karena perubahan tingkat bunga, yaitu berubah karena lebih kecil (turun
nilainya).
2.7.
Risiko pada perubahan suku bunga dan permintaan uang
Secara
sederhana kita bisa menyimpulkan bahwa permintaan uang sangat dipengaruhi oleh
faktor kondisi berlakunya suku bunga dipasaran dan begitu pula sebaliknya. Kita
dapat menarik beberapa kesimpulan dari pergerakan perubahan naik turunnya suku
bunga yaitu :
a. Pertama,
pada saat tingkat suku bunga
diturunkan dari titik A ke titik C maka publik akan memberi berbagai reaksi di
antaranya menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya untuk membeli asset-aset
yang diperkirakan akan memberikan keuntungan. Baik keuntungan tersebut bersifat
tatap dan stabil seperti membeli obligasi maupun beberapa surat berharga
lainnya. Atau menempatkan dananya pada dunia usaha yang di anggap memiliki
tingkat profitable yang berprospek.
b. Kedua, pada saat suku bunga diturunkan dari
titik A ke titik C bahkan ke titik D maka banyak pihak yang berkeinginan
menarik dana atau simpanan dari bank untuk selanjutnya dipakai guna
mengembangkan usaha atau meminjamkan dananya tersebut kepihak yang di anggap
memiliki kapabilitas dalam mengelola dan mengatur keuangan secara baik serta
tentunya mampu memberikan keuntungan secara menarik dan aman.
c. Ketiga,
pada saat suku bunga diturunkan dari
titik A ke titik C bahkan ke titik D bahkan lebih jauh lagi maka ini akan bisa
mengakibatkan persoalan jika tidak di lakukan kontrol secara hati-hati. Karena
mereka yang membeli asset dan mereka yang menerima uang dari hasil penjualan asset
tersebut harus dilihat dari berbagai segi terutama kemampuan mengelola dana
yang telah diperoleh tersebut. Seperti perolehan dana dari hasil penjualan
obligasi maka control atau pengawasan secara ketat terhadap dana yang diperoleh
tersebut adalah mutlak untuk dilakukan agar risiko kehilangan dana tidak
terjadi. Ini juga bisa terjadi seperti kasus terlambatnya pembayaran bunga
obligasi sebagai bentuk pencerminan kegagalan dalam kemampuan mengelola dana
penjualan obligasi secara tepat.
d. Keempat, pada saat tingkat suk buna dinaikkan
dari titik A ke titik B maka diperkirakan akan terjadi beberapa hal yaitu :
1) Perubahan bagi pemegang kelebihan
likuiditas, yaitu mereka cenderung akan menyimpan uangnya diperbankan karena di
anggap lebih menarik. Ini bisa terjadi pada saat suku bunga deposito dinaikkan
maka public akan berusaha memindahkan uang yang dimiliki ke deposito, dengan
alasan mendepositokan uang diperbankan jauh lebih aman dan lebih stabil,
seperti setiap penerimaan bunga sebagai keuntungan yang diterima.
2) Menaikkan suku bunga dari titik A ke
titik B dapat dilihat dari sudut kebijakan pemerintah dengan tujuan berbagai
bentuk antara lain seperti :
Menerapkan berbagai bentuk kebijakan kewaspadaan
(kehati-hatian) dalam bidang moneter karena diperkirakan jika diturunkannya
suku bunga pinjaman terlalu jauh dan dibiarkan terlalu lama mampu menyebabkan
terjadinya inflasi karena publik begitu mudah.
Mendapatkan dana dan faktor
pengalokasian dana yang belum tentu tepat sesuai dengan proyek usaha yang
dikerjakan, seperti timbulnya gagal usaha sehingga kemampuan membayar angsuran
kredit mengalami permasalahan, ini menyebabkan telah terjadinya kredit macet.
Kondisi
naik dan turunnya suku bunga yang ditetapkan oleh perbankan lebih jauh mampu
memberi pengaruh pada kondisi perkembangan bisnis disuatu Negara. Pada saat
penawaran uang ditingkatkan maka jumlah produksi akan terjadi peningkatan
dengan asumsi daya beli masyarakat juga akan terjadi peningkatan. Kondisi ini
terjadi pada saat D1 bergerak ke D2 dan D3 serta kuantitas permintaan uang oleh
publik juga terjadi peningkatan yaitu dari Q1 bergerak ke Q2 dan Q3, dimana
otomatis ini juga akan diikuti oleh pergerakan oleh R1 ke R2 hingga ke R3.
2.8. Risiko
Carry Trade
Risiko carry
trade adalah bentuk perilaku investor dalam melakukan investasi dengan cara
meminjam dana dari suatu Negara dan yang memiliki tingkat suku bunga yang
rendah dan selanjutnya membawa dana tersebut untuk diinvestasikan atau
ditanamkan pada Negara yang memiliki tingkat suku bunga tinggi, dengan harapan
akan memperoleh selisih keuntungan di sana.
Persoalannya
adalah jika suku bunga kembali ke posisi normal atau rendah maka dana yang
berasal dari carry trade tersebut akan ditarik kembali untukdi bawah ke tempat
asalnya. Kasus carry trade ini hamper memiliki kesamaan dengan hot money (arus
dana asing jangka pendek).
Pengaruh yang
terjadi pada moneter suatu Negara yang masih menerapkan suku bunga tinggi adalah
dimana bank sentral Negara tersebut mencoba terus mempertahankan kondisi suku
bunga tinggi, dengan maksud agar surplus transaksi terus terjaga. Ini
sebagaimana dikatakan oleh M. Fajar Marta bahwa
“ Salah satu cara yang dilakukan BI dalam menjaga surplus
transaksi portofolio adalah mempertahankan rezim suku bunga. Buktinya, suku
bunga acuan (BI rate) yang kini 6,5 persen merupakan yang tertinggi dikawasan
asia di bandingkan dengan Thailand yang 1,75 persen dan Malaysia yang 2 persen.
Tingginya BI rate pada akhirnya mengerek suku bunga berbagai instrument di
pasar keuangan domestik. Imbal hasil surat utang Negara (SUN) tenor 10 tahun,
misalnya, mencapai sekitar 13 persen. BI enggan menurunkan BI rate lebih jauh
meskipun inflasi 2009 hanya 2,78 persen. Kebijakan ini akhirnya menjadi
boomerang bagi BI sendiri. Likuiditas di pasar keuangan yang melimpah tanpa
disertai aktivitas sector riil yang seimbang akhirnya memaksa BI untuk menyerap
kembali likuiditas tersebut dengan menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Alhasil, SBI menumpuk mencapai Rp. 270 triliun dengan porsi asing terus
membesar. Ongkos yang harus dikeluarkan pun membengkak mencapai lebih dari Rp.
18 triliun dengan porsi asing terus membesar. Ongkos yang harus dikeluarkan pun
membengkak mencapai lebih dari Rp. 18 triliun pada 2009. Tak hanya biaya
moneter yang membengkak. Lebih parah lagi, strategi BI untuk sebenarnya
kontraproduktif bagi perkembangan sector riil yang seharusnya menjadi basis
pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Investasi yang harus
dikedepankan untuk saat ini di Indonesia adalah sector riil. Sector riil masih
di anggap memiliki peran penting dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya
sector bisnis lain. Dimana salah satu hambatan perkembangan bisnis ini adalah
tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti jalan, jembatan,
dermaga atau pelabuhan, terminal angkutan, listrik, telepon, rumah sakit,
sekolah dan lain-lain, yang sampai saat ini belum begitu merata.
Ketidakmerataan itu terlihat di Kawasan Timur Indonesia (KTI) seperti di
provinsi papua. Masih banyak masyarakat yang belum menikmati suksesnya
pembanguan, padahal di sana banyak potensi yang bisa digarap dan didayagunakan,
seperti pembukaan bisnis perkebunan, pertanian, kelautan, dan sebagainya.
Sehingga apa
yang dikemukakan oleh M. Fajar Marta dengan berbagai alasan pemikirannya tidak
akan terjadi. Memang sebaiknya yang utama yang harus dilakukan oleh pemerintah
adalah mendukung real investment. Karena real investment mampu membuka lapangan
pekerjaan serta menekan angka pengangguran juga menaikkan income perkapita
masyarakat yang terlihat di sana.
2.9.
Faktor yang menyebabkan perubahan pada suku bunga domestik
Ada 3 faktor
yang mampu memberi pengaruh pada suku bunga domestik suatu Negara, yaitu :
a. Kondisi ekonomi global
b. Stabilitas ekonomi dalam negeri
c. Stabilitas sosial dan politik dalam
dan luar negeri.
Bila ketiga hal ini terjadi terus dan tidak mendapat
penanganan yang serius terutama dari lembaga yang berwenang khususnya Bank
Sentral yaitu Bank Indonesia maka diperkirakan secara jangka panjang akan
memberi efek pada stabilitas suku bunga. Kondisi stabilitas suku bunga yang
bersifat tidak stabil yaitu berubah dari yang diharapkan oleh banyak pihak
khususnya para pelaku ekonomi seperti pebisnis (baik kelas atas, menengah, dan
bawah) akan berujung kepada penurunan pendapatan yang akan diperoleh.
Tabel
Perkembangan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate)
Waktu
|
BI
Rate (persen)
|
Juli 2006
|
12,25
|
Januari 2007
|
9,50
|
Januari 2008
|
8,00
|
Namun
sebaliknya jika suku bunga cenderung stabil dan berada pada kondisi yang di
harapkan maka artinya risiko yang akan diterima adalah lebih kecil dari yang
diperkirakan. Kecilnya risiko menyebabkan pihak pelaku bisnis cenderung akan
mampu memperbesar profit secara sistematis. Pada tabel di atas dapat kita lihat
bagaimana setiap tahun BI rate terus saja mengalami penurunan yaitu dari 12,25%
(Juli 2006), kemudian 9,50% (Januari 2007), dan 8,00% (Januari 2008). Kondisi
penurunan bunga seperti ini dapat di anggap sebagai penurunan bunga yang
bersifat stabil dan sistematis.
Contoh Kasus
PT. perikanan
samudra india adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan laut
yang berkedudukan di Tangerang membutuhkan tambahan finansial untuk membangun
dan mengembangkan perusahaan secara
lebih maju, seperti membuka pabrik baru menambah karyawan baru yang lebih
terampil. Selama ini kemajuan perusahaan telah menunjukkan hasil yang berarti,
yaitu terlihat dari laporan keuangan (financial statement) yang di sampaikan
oleh pihak manajemen perusahaan kepada public dan komisaris perusahaan
khususnya. Wilayah penjualan perusahaan bukan hanya di dalam negeri saja namun
juga sudah menerima pesanan dari konsumen luar negeri seperti Malaysia,
Singapura, Hongkong, Korea Selatan, dan Jepang.
Kebutuhan dana
yang direkomendasikan oleh pihak komisaris perusahaan sebaliknya dari pinjaman
perbankan, dengan alasan urusannya di anggap jauh lebih mudah dan sederhana
jika dibandingkan dengan menerbitkan saham, serta biaya yang dikeluarkan juga
tidak begitu besar, seperti menerbitkan saham yang harus mencetak kertas saham
dan membuat pertemuan dengan para pemegang saham. Sementara jika meminjam dari
Bank hanya cukup dengan memiliki agunan yang sesuai dengan jumlah pinjaman
saja.
Keputusan dan
rekomendasi yang di usulkan oleh pihak komisaris perusahaan tersebut menjadi
bahan kajian bagi pihak manajemen
perusahaan khususnya manajer perusahaan. Bagi pihak manajer perusahaan ada
beberapa alasan yang dilihat dalam rangka persoalan dana yang berasal dari
pinjaman tersebut, yaitu :
1. Pinjaman perbankan bersifat
perhitungan bunga efektif, yaitu flat hanya satu tahun dan selanjutnya
berdasarkan kondisi realita pasar.
Dalam artian naik dan turunnya
tergantung pada kondisi ekonomi mikro dan makro di pasaran, yaitu jika ekonomi
stabil maka suku bunga juga stabil namun jika ekonomi tidak stabil maka suku
bunga juga tidak akan stabil.
2. Selama ini para konsumen yang
membeli produk perikanan pada PT.Perikanan Samudra India banyak yang membeli
secara tidak tunai atau kredit, yaitu membayarnya secara bertahap. Sehingga
penerimaan penjualan perusahaan adalah bersifat bertahap.
3. Selama ini perusahaan juga sudah
memiliki utang dalam bentuk valuta asing kepada para rekanan bisnis, dan sistim
pembayarannya juga di bayar tidak secara tunai. Sehingga karena faktor
pembayaran tidak dilakukan dengan tunai maka jarak pembayaran tersebut
memungkinkan timbulnya kondisi fluktuatif
dalam bentuk valas yang otomatis bisa saja memberatkan perusahaan PT.
Perikanan Samudra India. Apalagi jika selama ini penetapan pembayaran cicilan
pinjaman di tetapkan dengan system bunga mengambang yang memiliki kemungkinan
besar untuk terpengaruh oleh valas.
Atas dasar
alasan seperti itu maka berikanlah solusi pemecahan dan rekomendasi terhadap
apa yang harus dilakukan oleh manajer keuangan perusahaan PT.Perikanan Samudra
India.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Pertanyaan untuk didiskusikan
1. Jelaskan bagaimana risiko suku bunga
itu bisa terjadi!
2. Jelaskan bagaimana bentuk risiko
yang terjadi pada pemegang obligasi. Berikan contohnya!
3. Apakah menurut anda naik dan
turunnya suku bunga berhubungan dengan permintaan uang di mata publik? Jika ya
dan tidak jelaskan!
4. Mengapa suku bunga pinjaman
perbankan di Indonesia menurut banyak pihak di anggap memiliki suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan yang ada di Negara lain, seperti Malaysia, Singapura,
Australia, Jepang dan Sebagainya? Jika anda setuju atau tidak dengan pernyataan
ini berikan penjelasan anda, dan bagaimana kira-kira cara mengatasinya!
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut